WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Kamis, 21 Oktober 2010

BERINTEGRITAS DALAM MEWUJUDKAN PERKUMPULAN SENIOR GMKI PADA KONGRES GMKI XXXII 2010 DI MAKASSAR


Hal yang paling mendasar dalam membangun hubungan emosional yang intim dalam sebuah oraganisasi adalah bagaimana setiap orang mampu bekerja sama, namun tidak  banyak orang yang menyadari bahwa setiap waktu, setiap jam, setiap menit, setiap detik kita selalu belajar tentang organisasi. Sel sebagai suatu unit kehidupan tidak lepas dari proses berorganisasi. Sel memang tanpa kendali dari otak, tapi eksistensi sel sudah diatur atau terprogram dalam sebuah molekul DNA dalam bentuk informasi perintah yang nantinya akan diterjemahkan dalam bentuk rantai-rantai asam amino (protein). Sel-sel bergabung membentuk jaringan, jaringan-jaringan bergabung membentuk organ, dan organ-organ bergabung membentuk sistem organ, itulah organisasi. Perkumpulan senior GMKI dalam menjalankan eksistensinya membutuhkan seorang pemimpin yang berfungsi sebagai sumber informasi, komando, pengaturan segala aktivitas sel. Sebuah organisasi tidak hanya butuh seorang pemimpin, tetapi butuh bagian-bagian lain yang saling berintegrasi dalam mewujudkan tujuan bersama, yaitu eksistensi sel dalam menjalankan roda perkumpulan senior GMKI ini, apabila kinerja salah satu komponen sel terganggu, maka eksistensi sel juga terganggu. Artinya, sekecil apapun kontribusi untuk menghadirkan perkumpulan senior GMKi Nasional ini  memiliki sebuah nilai yang tinggi. Banyak organisasi yang mengalami stag di tengah jalan karena masing-masing orang mempunyai tujuan sendiri-sendiri yang sangat individual. Tetapi lebih dari itu, hal yang paling sulit untuk kita lakukan adalah mengorganisir gerak langkah antara keinginan/nafsu dan akal budi. Akal budi kita selalu menjadi pedoman hidup untuk menuju kebaikan, namun di tengah jalan, nafsu kita membuat jalan menjadi terseok-seok, melenceng dari keutamaan akal budi. Menyatukan gerak langkah antara keinginan dan akal budi menjadi sebuah pekerjaan yang paling berat bagi manusia. Untuk itu kuncinya adalah kenali tujuan kita dalam berorganisasi apakah sudah sesuai dengan tujuan organisasi yang diiginginkan atau belum?. Dengan berorganisasi kita belajar untuk memimpin, termasuk memimpin diri kita atas akal budi dan hawa nafsu. Manusia dalam berorganisasi cenderung membentuk struktur organisasi yang ada; misalnya dalam membuat keputusan, memimpin, mengatasi konflik yang ada dalam struktur, mendekonstruksi nilai dan mengelaminir budaya birophatologi. Peran manusia dalam organisasi diarahkan pada kemungkinan memperbaiki organisasi. Hal ini dilakukan tidak dengan cara mengubah struktur yang ada tapi melatih manusia melalui training agar proses dalam kelompok lebih efektif. Seorang biolog Ludwig von Bertalanffy menyatakan bahwa teori sistem dapat dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Organisme sel itu terdiri atas sel-sel, dan sel-sel membentuk suatu molekul. Tiap bagian yang ada membentuk sistem yang terintegrasi dan terdiri dari struktur yang saling bergantungan dan bekerja secara harmonis. Ada dua konsep mendasar dalam system yaitu pertama, konsep subsistem yang melihat hubungan antar bagian sebagai hubungan sebab akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple causation) sebagai hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap faktornya saling berkaitan. Begitu juga dengan dua pola sistem yakni open system (sistem terbuka) dan closed system (sistem tertutup) dalam konteks hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal. Sistem “terbuka”, adalah jika mempunyai transaksi dengan lingkungan mana ia berada. Transaksi antara suatu organisasi dengan lingkungannya mencakup “input” dan “output”. Input biasanya dalam bentuk informasi, energi, uang, pegawai, material dan perlengkapan yang diterima organisasi dari lingkungan tersebut sedangkan output pada lingkungan organisasi bermacam-macam bentuk, tergantung pada sifat organisasi. Hubungan pada tiap aspek input dan output yang ada pada perkumpulan senior GMKI ini merupakan suatu interaksi yang membentuk siklus yang tiada akhir (networking). Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu bagaimana sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Dengan demikian role set merupakan konsep penting dalam memahami seting sosial tempat individu memberikan kontribusinya. Konstruk ini dapat berguna dalam menganalisis perilaku interpersonal dalam suatu kerja organisasi. Dalam dunia yang didominasi perubahan yang cepat dan intensif, organisasi dengan feedback yang jelek atau homeostatis yang lemah akan mengalami disorganisasi. Hal yang perlu diingat yaitu bahwa konsep sistem terdiri dari subsistem yang memilih interaksi serta saling tergantung dan bekerja sama dengan tujuan agar perkumpulan senior GMKI menjadi suatu perkumpulan yang memiliki bargaining position dalam negara NKRI ini maupun dalam kancah international. Rencan dibentuk perkumpulan senior Nasional ini bertujuan untuk memberi suatu struktur, karena ada strukturlah maka ada aturan organisasi, ada sistem, dan ada karakteristik. Struktur juga membentuk pola otoritas, kekolegaan  serta mendefinisikan peran dari top manajemen ekskutif, midle manajemen supervisor, dan pekerja dengan otoritas masing-masing. Struktur mendiktekan pola jaringan komunikasi sebagai dasar aliran informasi dan pengambilan keputusan dan juga sistem kerja yang berfokus pada pencapaian tugas. Perkumpulan senior ini dapat dikatakan mekanis ketika dasar sistem manajemen mampu mencirikan: 1. Tugas-tugas sangat dibedakan dan terspesialisasi dengan hak spesifikasi yang tepat, 2. Tanggung jawab dan metode, 3. Koordinasi dan kontrol lewat supervisi hirarkis, 4. Komunikasi dengan link eksternal dikontrol oleh hirarki paling atas, 5. Garis komando yang kuat dan turun ke bawah, 6. Kepemimpinan yang menekankan hubungan otoritas-kepatuhan, 7. Pengambilan keputusan berasal dari level tertinggi dalam hirarki, 8. Mengukur tugas secara berkelanjutan dan tujuan melalui interaksi organisasi yang terlibat dengan perubahan fungsional dan mudah diatur pada level kerja, 9. Koordinasi dan kontrol lewat interaksi pihak yang terlibat, 10. membutuhkan pembagian tanggung jawab dan kesalingtergantungan, 11. Komunikasi dengan lingkungan eksternal secara relatif ekstensif dan terbuka pada tiap level organisasi, 12. Menekankan pada kesalingpercayaan, konsultasi dan berbagi info naik dan turun – lateral dan diagonal dalam organisasi – sebagai dasar dari otoritas di organisasi, 13. Gaya kepemimpinan yang mampu memberikan kepercayaan tingkat tinggi dalam pemecahan masalah organisasi, dan 14. Berbagi tanggung jawab secara luas untuk mengambil keputusan di setiap level organisasi. Dalam membangun sebuah organisasi, perubahan dilingkungan akan membuat sistem organisasi merespon dengan perubahan pengaturan internal, pengaturan ini dapat dipahami sebagai empat sub sistem dinamis yaitu 1. Tugas yang harus dilakukan, 2. Struktur organisasi, 3. Peralatan teknologi untuk membantu tugas, 5. Manusia (human). Keefektifitas dari semua ini tergantung kepada ketetapan dalam menerjemahkan hubungan (kontingensi) dalam situasi yang ada. Kekuatan pimpinan, kualitas hubungan dengan bawahan, kejelasan struktur tugas yang harus dilakukan, level kemampuan dan motivasi bawahan adalah sedikit dari beberapa kontingensi yang harus diketahui oleh administrator, dan hal itu akan berkaitan dengan prediksi hasil variasi, hasil spesifik, dan alternatif yang ada dalam membangun perkumpulan Senior GMKI Nasional ini dengan idealisme yang tinggi dalam selalu berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai Alkitabiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar