WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Kamis, 21 Oktober 2010

GERAKAN MAHASISWA INTRA KAMPUS


A.       Prolog
Dunia akademik merupakan dunia intelektual mahasiswa, karena ke-eksis-an kampus tersebut terletak pada mahasiswa. Ketika mahasiswa memiliki intelektual yang kristis dan solutif maka disitulah proses dialektika-dialogis-diskursus dalam dinamika akademik tersebut terjadi, atau dengan kata lain implementasi gerakan mahasiswa intra kampus tersebut mulai dibangun.

Secara moralitas mahasiswa harus mampu bersikap dan bertindak lebih baik dari yang lainnya karena lebel mahasiswa mempunyai latar belakang sebagai kaum intelektual, dimana mereka mengatakan yang benar itu adalah benar dengan penuh kejujuran, keberanian, dan rendah hati. Oleh karena itu mereka berhak untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan memberikan kritik atas setiap kebijakan yang dibuatnya.

Sikap kritis itu merupakan wujud kepedulian mahasiswa terhadap bangsa dan negaranya yang dilakukan dengan ikhlas dan dari hati nurani, bukan atas keterpaksaan maupun intimidasi dari pihak luar.

Menurut penulis, Gerakan mahasiswa adalah “gerakan yang dilandaskan pada nalar kekritisan intelektual dalam melihat fenomena-fenomena social yang terjadi sehingga dapat memberikan solutif yang konstruktif demi kemajuan suatu tatanan”

Pembongkaran kekuasaan atas fenomena yang berlindung di balik jubah ideology tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab dari mahasiswa, karena pembongkaran atas fenomena kekausaan tersebutlah yang menjadi spirit ilmiah gerakan mahasiswa sebagai bentuk kristalisasi konstruksi nalar kritis.

Gerakan mahasiswa intra kampus sesungguhnya lebih diletakkan pada pembacaan ulang secara kritis atas berbagai bentuk pengetahuan yang dominan. Dengan demikian, gerakan mahasiswa intra kampus dalam konteks ini, mampu membongkar asumsi dasar kekritisan ilmu pengetahuan sesungguhnya.

Keberhasilan pembongkaran tidak saja akan meruntuhkan pilar-pilar yang menyusun sebuah pengetahuan, tetapi hal ini juga akan menjadi kekuatan efektif untuk mengubah keadaan-keadaan formal yang manipulatif.

Melihat kerangka dasar yang digunakan oleh penulis diatas, tampak jelas bahwa mahasiwa sebenarnya telah di inpirasikan oleh beberapa filsuf kontemporer yang fenomenal semisalnya Karl Marx, Jacques Derrida, Michael Foucault dan filsuf yang tergabung dalam Mazhab Frankfurt, terutama Herbert Marcuse yang pernah dijuluki sebagai New Left, yang memberikan inpirasi bagi Gerakan Mahasiswa di Jerman.

Dalam konteks ini gerakan mahasiswa sangat dibutuhkan, bukan berarti mahasiswa anti akan kemapanan, tetapi mahasiswa diharuskan kritis guna merelatifkan kemapanan-kemapanan formal structural, terutama struktur kesadaran berpikir kita. Perilaku yang ‘melawan’ ini memang seringkali menjadi karakteristik model berpikir dari gerakan mahasiswa karena pola berpikir ini memang sering mengandung nuansa visioner dan revolusioner.

Mahasiswa yang gandrung akan perubahan adalah mahasiswa memiliki idealisme atau cita-cita untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang egalitarian dalam consensus ekonomi maupun consensus politik, untuk itu kegandrungan tersebut harus di mulai dari dalam rumah intelektual kita (Kampus), dan diimplementasikan dalam tindakan konkrit.

B.        Personal Master Gerakan Mahasiswa Intra Kampus
Reformasi telah bergulir dalam batang tubuh bangsa Indonesia namun tindakan destruktif kian menghantui dimensi kehidupan bermasyarakat, tindakan tersebut seolah-olah mendapat legitimitasi dari aparatur negara sehingga proses rule of law menjadi tebang pilih.

Kecenderungan negara untuk mendominasi atau menghegemoni masyarakat dilakukan melalui mobilisasi ideologi. Ada dua institusi yang bisa digunakan negara untuk melakukan mobilisasi ideologi tersebut.:
1.     Aparatur Negara Represif (Represif State Apparatus/RSA). Institusi tersebut berperan menjaga dominasi negara melalui kekuatan fisik misalnya militer dan polisi.
2.   Aparatur Negara Ideologis (Ideological State Apparatus/ISA) Institusi ini berperan membenarkan keabsahan rezim melalui penyebaran ideologi negara. Yang termasuk dalam institusi tersebut adalah agama, pendidikan, dan media massa .

Aparatur negara yang tugasnya adalah melindungi masyarakat kini menjadi pemangsa rakyat dalam berbagai hal baik itu pada tingkatan distorsi job description maupun dalam tindakan penegakkan etikan penyelenggeraan negara yang bebas dan bersih dari praktek-praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sesuai dengan TAP MPR No VI Thn 2001 dan UU No 20 Thn 2001.

Mahasiswa selalu diindentikan dengan agen of change, guna mewujudkan hal tersebut dibutuhkan intelegensia yang mendukung, intelegensia yang mendukung tersebut lahir dari gerakan mahasiswa, dan gerakan mahasiswa tersebut harus di bangun dari rumah intelektual yaitu dari gerakan mahasiswa intra kampus.

Proses ini menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa tersebut eksis, ketika rumah intelektual (kampus) di gerami dengan nalar yang kritis dalam melihat fenomena social yang terjadi baik itu pada tingkatan local, regional, nasional maupun international. Untuk itu Pengembangan Potensi Diri (Personal Master) merupakan kunci utama dalam membangun nalar intelektual kekritisan mahasiswa guna menjadi garda leadership.
Guna mewujudkan hal tersebut kita di tuntut untuk menjadi mahasiswa yang berintelektual, dan bukan saja dalam lingkungan rumah intelektual (kampus), tetapi kita harus mampu menjadi agen of transformation dalam dimensi kehidupan masyarakat yang pluralisme.

C.        Pengabdian Gerakan Mahasiswa Intra Kampus Terhadap Rakyat
Kehidupan di kampus adalah miniatur kehidupan bangsa, dimana di dalamnya juga terdapat keanekaragaman sosial dan budaya. Mahasiswa telah mengarungi kehidupan kampus yang cukup kompleks tersebut.

Mereka juga telah mendapatkan pendidikan akademis dan politik yang lebih dibandingkan dengan generasi muda yang lainnya sehingga menempatkan mereka pada golongan elit pemuda. Namun hal itu bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, tapi suatu pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, loyalitas, pemikiran, dan kesabaran yang tinggi.

Menurut salah seorang tokoh yaitu Arbi Sanit (1985), ada lima hal yang melatarbelakangi penyebab tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap pelbagai persoalan yang ujungnya bertitik fokus pada perjuangan membela kepentingan rakyat, yaitu :
1.     Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik memiliki persepektif atau pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat.
2.   Mahasiswa sebagai golongan yang cukup lama bergelut dengan dunia akademis dan telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara generasi muda.
3.    Kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi di antara mereka.
4.   Mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasan, struktur ekonomi, dan memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat sebagai kelompok elit di kalangan kaum muda.
5.    Mahasiswa rentan terlibat dalam pemikiran, perbincangan, dan penelitian pelbagai masalah yang timbul di tengah kerumunan masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya.

Bila kita amati dengan seksama, mahasiswa mempunyai kedudukan yang sangat unik yaitu sebagai kaum yang diterima oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi.

Keberadaan tersebut juga didukung oleh karakteristik mahasiswa yang rata-rata masih berusia muda, penuh semangat, dinamis dan tidak takut kehilangan sesuatu yang merusak idialisme dirinya.

Karena itulah di lingkungannya mahasiswa sering dikatakan sebagai "intelektual sejati". Ketika harus terjun ke masyarakat, mereka dapat dengan mudah berbaur, dan ketika harus berurusan dengan kaum birokrat, mereka mampu mengimbangi dengan kemampuan intelektual dan pendidikan yang telah diterimanya selama ini. Oleh sebab itu, mereka berperan strategis dalam kehidupan berbangsa yaitu sebagai penerus cita-cita bangsa.

Inilah spirit yang bisa saya sumbangkan kepada rekan-rekan mahasiswa, agar kita tidak berjalan dalam kegelapan duniawi melainkan kita menjadi pembaharu dalam rumah intelektual (kampus) maupun dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar