WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Selasa, 19 Oktober 2010

Mencari Kesempatan Dan Kesempitan: (II Samuel 1:1-16)


Setelah Saul mati, dan ketika Daud kembali sesudah memukul kalah orang Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag. Maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengn pakaian terkoyak-koyah dan tanah diatas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah. Bertanyalah  Daud kepadanya : ” Dari manakah engkau ? ” Jawabnya kepadanya:” Aku lolos dari tentara  Israel.” Bertanyalah Pula Daud kepadanya : ” Apakah yang terjadi ? Coba ceritakan Kepadaku” Jawabnya :’’ Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari rakyat yang gugur dan mati, tetapi Saul dan yonatan, anaknya juga mati.’’ Lalu Daud berkata kepada orang muda yang membawa kabar kepadanya itu :” Bagaimana kau ketahui, bahwa Saul dan yonatan, anaknya, sudah mati?”. Orang  muda yang membawa kabar kepadanya itu berkata : ”kebetulan aku ada dipegunungan Gilboa; maka tampaklah Saul bertetelekan pada tombaknya, sedang  kereta-kereta dan orang-orang berkuda mengejarnya. Ketika menoleh kebelakang, ia melihat aku, lalu memanggil aku; dan aku berkata: Ya tuanku. Ia bertanya kepadaku: Siapakah engkau? Jawabku kepadanya: Aku seorang Amalek. Lalu katanya kepadaku: Datanglah kemari dan bunuhlah aku, sebab kekejangan telah menyerah aku, tetapi aku masih bernyawa. Aku datang ke dekatnya dan membunuh dia, sebab aku tahu, ia tidak dapat hidup terus setelah jatuh . Aku mengambil jejamang yang ada di kepalanya, dan gelang yang ada pada lengannya, dan inilah dia kubawa kepada tuanku.” Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap,menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan,anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang. Kemudian bertanyalah Daud kepada orang muda yang membawa kabar itu kepadanya: ”Asalmu dari mana? ”Jawabnya: ”Aku ini anak perantau, orang Amalek.” Kemudian berkatalah Daud kepadanya:” Bagaimana ?Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN ? ”. Lalu Daud memanggil salah seorang dari anak buahnya dan bnerkata : ”Ke mari, paranglah dia.” Orang itu memarangnya, sehingga mati. Dan Daud berkata kepadanya: ”Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata : Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.”

Ketika pengantar ini ditulis,perang Teluk masih berkecamuk dengan hebatnya. Dengan ngeri orang membayang-bayangkan apa yang akan terjadi bila perang darat telah kenyataan. Banyak orang berteriak, agar perang gila ini segera dihentikan.

Dalam salah satu edisi majalah U. S. News AND WORLD REPORT, ditulis bahwa pokok pangkal perang ini, adalah Saddam Hussein. Artikel itu mengulas, bahwa sekiranya saja Saddam Hussein dapat dibunuh, maka perang akan selesai. Dan ada alasan-alasan yang cukup sah ditinjau dari sudut hukum perang internasional maupun dari segi moral untuk membunuhnya. Ia telah melakukan segala hal yang melawan hukum internasional : mencaplok Negara kecil yang berdaulat, menumpahkan minyak ke laut secara sengaja dalam jumlah yang tak terbanyangkan, menyiksa tawanan perang, menjadikan rakyatnya sendiri memakai senjata-senjata kimia, mengorganisir terorisme diseluruh dunia, dan sebagainya. Dari sudut  moral, demikian majalah tersebut,adalah jauh lebih baik untuk membunuh satu orang demi menyelamatkan jiwa ratusan ribu orang.

Dan saya membayangkan, betapa banyak orang akan bersuria, sekiranya Saddam Hussein benar-benar terbunuh. Apalagi kalau tak ada Negara yang mesti mengotori tangannya oleh karena memang dengan sengaja dan terencana bermaksud untuk membunuhnya. Dan perang berakhir.Sebab dalam analisisnya, majalah itu mengatakan, bahwa dapat saja Pasukan Multinasional memenangkan perang,namun dengan Saddam Hussein tetap hidup, persoalan sebenarnya tak pernah selesai. Ia akan tetap merupakan potensi destabilitas dikawasan itu.

Kini , tak usah jauh-jauh membayangkan Perang Teluk. Kita membayangkan kehidupan pribadi kita.
Seorang teman bercerita, betapa frustrasi dia, oleh karena untuk hampir semua mat kuliah, ia sudah lulus. Kecuali satu mata kuliah. Dan ini adalah gara-gara seorang dosen tertentu. Bagaimana reaksinya,bila ia mendengar bahwa dosen yang bersangkutan tiba-tiba meninggal oleh karena   kecelakaan  lalu lintas ?
Anda sudah bekerja lama di sebuah instansi. Tetapi karier Anda terhenti, selama satu orang tertentu masih ada disitu. Apa reaksi anda, bila ia mati atau diganti?

Sebenarnya Daud mempunyai segala alasan untuk bersyukur ketika ia mendengar Saul mati. Saul mati bukan oleh tangannya sendiri, walaupun secara hukum dan moral ia berhak membunuhnya sejak lama, dengan alasan mempertahankan diri. Apalagi Saul, seperti  Saddam Hussein, juga bukan seorang raja yang baik. Ia telah menyeret bangsanya untuk memasuki perang yang sia-sia. Dan sebaiknya jangan Anda lakukan, Daud juga telah diurapi oleh Tuhan sendiri untuk menggantikannya!

Mengapa Daud justru berkabung ( Ayat11-12), dan bahkan menghukum orang yang telah menyebabkan kematian Saul ( Ayat 13-16)?

Ada alasan yang dikemukan oleh Daud: Ia bersedia, oleh karena orang yang diurapi oleh Tuhan telah mati. Ia menghukum orang muda dari Amalekitu, karena ia telah membunuh orang yang yang diurapi oleh Tuhan.

Apa artinya ini ? Pertama, pembalasan dan penghukuman adalah hak Tuhan, bukan hak manusia. Manusia tidak boleh merampas wewenang dan hak Tuhan ini, lalu bertindak atas nama Tuhan menghukum dan membunuh orang, atas pertimbangan-pertimbangan sendiri.

Hanya orang yang benar-benar dapat memegangi prinsip ini,dapat mengasihi. Hatinya bebas dari dendam dan kebencian. Mengalahkan kejahatan dengan kebaiakn. Ia tidak membiarkan kejahatan, tetapi tanpa merampas hak Tuhan. Ia tidak membiarkan kejahatan, tetapi tanpa ia sendiri terseret ke kejahatan.

Kedua ia tidak bergembira atas kemalangan orang lain, walaupun itu mempunyai dampak yang menguntungkan dirinya. Ia bersyukur untuk hal yang pantas disyukuri. Tetapi ia juga menangisi untuk hal yang perlu ditangisi. Dan tidak mengacaukan keduanya. Daud adalah tipe orang yang tidak akan mengadakan kebaktian syukur oleh karena rumahnya selamat dari bencana kebakaran yang telah menghabiskan rumah-rumah tetangganya. Bila ada kebaktian, barangkali kebaktian yang akan diadakannya adalah kebaktian doa untuk para tetangga yang bernasib malang itu. Daud bukanlah orang yang pandai dan mau memabfaatkan kesempatan ditengah kesempitan orang lain.

Bahan Diskusi
1.     Dapatkah Anda menambahkan alasan-alasan lain mengapa Daud tidak Bergembira ketika mendengar kematian Saul?
2.   Apakah Anda pernah berada daalm situasi yang mirip dengan Daud? Apakah reaksi  Anda pada waktu itu ?
3.    Apakah sikap atau gaya hidup sepertyi Daud itu masih dapat diberlakukan daalm gaya dan ciri kehidupan modern yang penuh dengan persaingan yang ketat dan keras? Apakah ada alternatif lain?
4.   Apa kira–kira yang daapt kita tawarkan dalam menghadapi kesempatan dalam kesempitan dalam menjalani kehidupan ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar