WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Selasa, 19 Oktober 2010

Pluralsime, Konteks Beriman Masa Kini: (Kisah Para Rasul 11:1-18)


Rasul-rasul dan saudara-saudara di yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima frman Allah. Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: ”Engkau telah masuk ke rumah  orang –orang yang tidak besunat dan makan bersama-sama dengan mereka”. Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya: ”Aku sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depanku. Aku  menatapnya dan  didalamnya aku lihat segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang menjalar dan burung-burung. Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku: Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah! Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak sebaba belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk kedalam mulutku. Akan tetapi untuk kedua kalinya suara dari surga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal olah Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram! Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya ditarik kembali ke langit. Dan seketika itu juga tiga orang berdiri didepan rumah, di mana kami menumpang; mereka diutus kepadaku dari Kaisarea. Lalu kata Roh   kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk kedalm rumah orang itu, dan ia menceritakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri didalam rumahnya dan berkata kepadanya : Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus. Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu. Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus keatas mereka, samaseperti  dahulu keatas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan : Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu  kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?” Ketika mereka mendengar hal itu,  mereka menjadi tenang, lalu memulakan Allah, katanya:”Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”


Pluralisme atau kemajemukan atau kepebagaian masyarakat di Indonesia merupakan dakta sosoial yang tidak bias dipungkiri. Kemajemukan bangsa kita bias dilihat dari suku, agama, ras, dan golongan di masyarakat yang dialatarbelakangi perbedaan politik, ekonomi, sosoial budaya yang hidup di Indonesia. Plurarisme bisa menjadi kekayaan bangsa yang nembanggakan tetapi di lain pihak dapat menjadi potensi  yang sangat rentan terhadap konflik. Bukankah situasi Negara kita sekarang sudah sekarang sudah membuktikan hal tersebut? Isu SARA sudah menjadi komoditi yang sangat laku sebagai sarana pemicu kerusuhan yang mengakibatkan disintegrasi bangsa. Para provokator kerusuhan tersebut telah dengan sukses memberi pemisahan yang tegas terhadap perbedaan “kamu” dan “dia”, antara “kalian dan kalian”. Kecenderungan atau potensi esklusivitas kemajemukan telah sedemikan rupa digali untuk kepentingannya. Pengikat-pengikat persatuan yang membuat kemajemukan menjadi inklusif, telah diputuskan begitu saja.

Dalam teks ini, kita melihat cara nerpikit para rasul-yang sudah menerima injil-yang masih eksklusif (ay 3). Mereka masih sangat dipengaruhi eksklusivitas keyahudiannya sebagai bangsa pilihan Allah yang menghadap bahwa keselamatan hanyalah untuk bangsa Yahudi, di luar Yahudi tidak ada keselamatan. Dengan kata lain, anugerah keselamatan dari Allah hanya untuk bangsa Yahudi saja (ay 19b). Bahkan Rasul Petrus, yang sudah hidup bersama-sama sekian tahun TUhan Yesus, masih berpikiran eksklusif dengan keyahudiannya (Kis 10:14). Padahal, sebagai salah seroang murid Yesus, ia sudah melihat bagaimana tindakan Yesus terhadap orang-orang non Yahudi.

Yesus menyembuhkan anak seoran Kanaan dan anak peremuan Yunani bangsa Siro-Fenisia (Mat 15:21-28; Mrk 7:24-31). Dia bercakap-cakap dan mengangkat harkat seorang perempuan Samaria yang mempunyai “banyak cacat” : seorang perempuan yang dalam masyarakat patriakhit berada pada pihak yang lemah, seorang yang berdosa zinah, dan seorang Samaria yang lebih rendah derajatnya dari bangsa Yahudi (Yoh 4:1-42). Yesus bertindak eksklusif terhadap kelompok masyarakat yang dikucilkan karena dianggap tidak berguna. Dia masuk dan makan bersama di rumah para pemungut cukai yang berdosa dan memanggil mereka menjadi murid-Nya (Mat 9:9-13; Mrk 2:13017, Luk 19:1-10). Dia memberkati anak-anak yang bagi masyarakat Yahudi tidak berguna (Mrk 10:13-16). Dia memulihkan para permpuan dan menempatkan mereka pada harkat dan martabatnya yang benar di hadapan Allah (Yoh 8:-1-1). Dia menyembuhkan orang kusta yang menjijikan dan terisolir karena penyakit mereka dianggap kenajisan. Dia mengorbankan materi untuk satu orang gila di Gerasa yang hidupnya tidak dipedulikan (Luk 8:26-39). Dan masih banyak lagi tindakan Yesus yang nyata di tengah-tengah masyarakat yang pluralis pada saat itu.

Bandingaknlah semua itu dengan sikap kita terhadap sesama yang berprofesi sebagai pekerja seks, yang mengihidap HIV, yang berbeda latar belakang suku-agama-etnis-sosial ekonominya dengan kita. Bandingkanlah dengan ketiakadilan gender yang sangat mendehumanisasikan perempuan (dalam pekerjaan dan pengahasilan, juga kedudukan sosial), dan ekspolitas pekerja anak yang sering kita lakukan. Walaupun Yesus adalah seorang Yahudi, hidup dan berkarya di tengah bangsa Yahudi dengan tindakan eksklusif-Nya yang nyata bagi pemulihan manusia. Kunci dari “keberhasilan” pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat yang pluralis ialah ketaatan-Nya pada tujuan kedatangan-Nya, yaitu menyelamatkan dunia yang dikasihi Bapa-Nya (Yoh 3:16).

Hal itu juga yang pada akhirnya disadari oleh Petrus. Petrus menyadari bahwa ia sekali tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir (Kis 10:28). Petrus telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang, dari bangsa mana pun dan latar belakang apa pun, yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran, pasti berkenan kepada Tuhan (Kis 10:34,35).

Setelah Petrus menjelaskan segala sesuatu yang melatarbelakangi tindakannya yang di luar kebiasaan, orang-orang dari golongan bersunat – untuk menggambarkan golongan garis keras dalam jemaat Yerusalem-menjadi tenang bahkan memuliakan Allah yang telah mengaruniakan kepada bangsa-bangsa lain pertobatan yang memimpin kepada hidup (Kis 11:18). Pikiran yang eksklusif berubah menjadi inklusif karena pemahaman yang benar atas anugerah keselamatan Allah (ay 17), bahwa Allah dating di dalam Tuhan Yesus Kristus bukan hanya orang yahudi atau orang Kristen saja tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain dan non-Kristen. Apabila mereka percaya maka mereka akan memperoleh keselamatan sebab untuk itulah injil diberitakan kepada segala makhluk.

Bahan Diskusi
  1. Mungkinkah kita bekerja sama dengan orang non-Kristen dalam upaya kita membangun masyarakat yang berkeadilan, sejahtera seutuhnya? Bagaimana bentuknya?
  2. Kita dilahirkan sebagai “seorang manusia” terlebih dahulu baru kemudian disbeut sebagai “seorang Kristen” dan kita percaya bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang Satu untuk semua makhluk. Pemahaman dasar apa yang harus dimiliki sama memulihkan perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan?
  3. Manurut Anda, apakah yang harus dilakukan gereja dalam tugas pelayanan yang harus concern terhadap penderitaan manusia di satu pihak (tanpa harus membedakan latarbelakangnya, khusunya yang non-Kristen) dengan tugasnya mengemban amanat agung yaitu memberitakan injil keselematan kepada semua makhluk di pihak yang lain? Dapatkah itu dilakukan bersama dalam konteks Indonesia tanpa harus terjebak dengan tuduhan “Kristenisasi” yang membuat gereja selalu dicurigai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar