WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Selasa, 19 Oktober 2010

Hidup Dengan Penuh Ungkapan Bersyukur: (II Korintus 8:1-24)


Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasihkarunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Mekadonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai pendaeritaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah  memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerendahan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Merka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimanan ia telah memulainya. maka sekaranga, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam ima, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesunguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami – demikian juga kehendaknya kamu kaya daalam pelayanan kasih itu. Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kaumu. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun ia kaya, supaya kamu menjadi kaya olej kemeskinanNya. Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalukamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk mulai melaksanakannya dan menyambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. Mka, sekarang selesaikan jugalah pelaksanaannnya itu! Hendaknya pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lalkukanlah itu dengan apa yang ada padamu. Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian akan mencukupkan kekurangan kamu,  supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang menyumpulkan banya, tidak kelebihan dan orang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan”. Syukur kepada Allah, yang oleh karena kamu mengaruniakan kesungguhan yang demikian juga dalam hati Titus untuk membantu kamu.  Memang ia menyambut anjuran kami, tetapi dalam kesungguhan yang benar itu ia dengan sukarela pergi kepada kamu. Bersama-sama dengan dia kami mengutus saudara kita yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil. Dan bukan itu saja! Ia juga telah ditunjuk oleh jemaat-jemaat untuk menemani kami dalam pelayanan kasih itu, yang kami lekukan untuk kemuliaan Tuhan dan sebagai bukti kerelaan kami. Sebab kami hendak menghindarkan hal ini: bahwa ada orang yang dapat mencela kami dalam hal pelayan kasih yang kami lakukan  dan yang hasilnya sebesar ini. Karena kami memikirkan hal yang baik, bukan hanya dihadapan Tuhan, tatepi juga di hadapan manusia. Bersama-sama dengan mereka kami utus seorang lain juga, yakni saudara kita, yang telah beberapa kali kami uji dan ternyata selalu berusaha untuk membantu. Dan sekarang ia makin berusaha kerena besarnya kepercayaannya kepda kamu. Titus adalah temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku  untuk kamu; saudara-saudara kami yang lain itu adalah utusan jemaat-jemaat dan suatu kemuliaan bagi Kristus. Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dan bukti kemegahanku diatas kamu.

Paulus mengemukan kan persoalan ini kepada jemaat-jemaat  di Galatia (I Korintus 16:1, barangkali ya ng dimaksudkan adalah jemaat-jemaat yang didirikannya di Antiokhia, Pisidia; di Listra, Derbe dan sekitarnya seperti yang uraikan di Kisah Para Rasul 13 dan 14). Dia juga menekankan usaha ini di antara jemaat-jemaat di Mekedonia (Roma 15:26; II Korintus 8:1-5). Mekedonia adalah daerah di sebelah utara Akhaya di Yunani. Di daerah ini terdapat kota-kota dan kerena itu jemaat-jemaat di Filipi, Berea dan Tesalonika didirikan pada perjalanan Paulus yang kedua.

Paulus mendorong jemaat Korintus untuk ikut serta dalam usaha tersebut dan semua usaha itu berjalan dengan baik, dengan situasi jemaat Korintus yang terpecah-pecah anatara mereka sendiri tentang cara yang indah ini untuk menyatakan persekutuan jemaat.

Taktik Paulus dalam mengimbau memohon dukungan mencolok sekali tidak mengandung mengandung usaha apa pun untukb menetapkan aturan-aturannya. Mungkin dia telah merasa perlu mengajukan masalahnya selembut mungkin mengingat hubungan-hubungan yang tegang baru-baru ini dengan orang-orang Korintus. Tetapi, seperti imbauan-imbauan etis umumnya, ia mendasarkan segala sesuatu pada Injil. Contoh orang-orang lain tidaklah dimaksudkan untuk mempermalukan para pembacanya agar memberi, tetapi untuk mendorong usaha yang lebih besar. Ia menulis dalam semangat optimisme; ia mengharapkan bahwa Injil itu akan menghasilkan pula buah-buah kemurahan!

Rasul itu telah menolak gagasan bahwa ia ingin memerintahkan apa yang harus dipercayai oleh orang Korintus (1:24). Kini ia meyakinkan mereka bahwa imbauannya tidak boleh dipandang sebagai perintah. Hanya ada satu perintah yang harus ditaati secara mutlak-yakni perintah dari Tuhan. Paulus selalu berhati-hati untuk membedakan hal itu dari nasihat pribadinya sendiri, meskipun penilaiannya berasal dari seorang rasul Kristus yang layak dipercayai dan dipenuhi oleh Roh (lih.lv  1 Kor. 7:8, 10, 12, 25, 40). Dalam menyebutkan usaha orang-orang lain (orang-orang percaya Makedonia, ay. 1-5), ia semata-mata menguji keikhlasan kasih orang-orang Korintus dan bukan semata-semata kasih mereka kepadanya secara pribadi. Dukungan untuk persembahan itu akan menjadi petunjuk praktis bahwa mereka mejalani kasih Kristus dan bukan hidup untuk diri sendiri (6:14-15).

Teladan manusia selalu mempunyai kelemahan. Pola tindakan pengorbanan yang mutlak adalah kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus. Frasa pengantar Paulus (kamu telah mengenal) dan rumusannya sendiri, menunjukkan bahwa Ia mengadaptasi suatu pernyataan iman tradisional. Ada beberapa kesamaan antara ayat ini dan nyanyian Kristus dalam Filipi 2:6-11. Frasa, sekalipun Ia kaya, sesuai dengan “walaupun dalam rupa Allah” (Flp 2:6); sejajar dengan telah mengosongkan diri-Nya dan “telah merendahkan diri-Nya” (Flp. 2:7-8). Kekayaan Kristus adalah pra-eksistensi ilah-Nya dalam kemuliaan sorgawi. Dalam penjelmaan, Ia memasuki keadaan miskin dibandingkan dengan kemuliaan yang ditinggalkan-Nya. Memang ia menjalani kehidupan sebagai pengkhotbah pengembara, tak berubah, tanpa kesenangan dari kehidupan yang mapan (lih. Mat. 8:20; luk. 9:58). Dalam kematian-Nya Ia menjadi papa, dirampok sampai lembaran terakhir pakaian-Nya. Paulus tentu tahu tentang semua ini, tetapi bukan itu yang dimaksudkannya disini. Ia mengingat bahwa Yesus menjadi miskin (suatu peristiwa yang telah selesai), bukan agar Ia hidup sebagai seorang yang miskin. Ia memasuki keberadaan manusia sebagai seorang di antara kita sehingga pertukaran besar dapat terjadi: kasih karunia-Nya yang kaya demi kemiskinan kita di dalam dosa, kebenaran-Nya demi kemiskinan kita di dalam dosa, kebenaran-Nya demi kesalahan kita (lih. 2 Kor. 5:21). Kekayaan rohani orang-orang Korintus ini mengalir dari kasih karunia Kristus yang kaya (1 Kor. 1:4-7). Jadi, dalam analisis terakhir Kristus bukanlah contoh utama kemurahan, melainkan lebih merupakan sumber. Itulah sebabnya Paulus cukup puas untuk tetap miskin sementara membuat orang lain kaya (2 Kor. 6:10).

Mereka kini menjadi kaya di dalam Kristus, dan juga menantikan harta kemuliaan sorgawi (4:17), nyaris membutuhkan perintah untuk mempraktikkan kemurahan (ay. 8). Apa yang ditawarkan Paulus adalah pendapat sederhana, praktis, pandangan atau penilaiannya (lih. 1 Kor. 7:25,40) tentang bagaimana melaksanakan pengumpulan persembahan itu. Ini bukan masalah mengikuti serangkaian aturan, melainkan melakukan apa yang mungkin pantas bagi para pembacanya sendiri. Mereka mulai mengatur pengumpulan itu beberapa waktu lalu, jelas sebelum Titus tiba di tempat mereka (lih. 1 Kor. 16:1-4; 2 Kor 8:6). Tahun yang lalu mengacu kepada satu tahun kalender, sehingga kita tidak tahu berapa lama sudah berlalu sejak proyek itu mulai dilaksanakan- bisa jadi antara satu bulan sampai dua puluh tiga bulan (terjemahan RSV, “satu tahun yang lalu” agak menyesatkan).

Susunan kata-kata berikut ini agak aneh: orang-orang Korintus mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. Motivasi biasanya muncul sebelum tindakan. Urut-urutan Paulus bukan semata-mata suatu inversi tidak sadar atau ceroboh. Kata kerja mulai  sesungguhnya berarti “memulai sebelumnya”. Paulus menyiratkan bahwa orang-orang Korintus telah mulai mengumpulkan uang sebelum orang-orang Makedonia. Orang-orang Makedonia terdorong untuk ikut serta oleh teladan yang baik dari orang-orang percaya di Korintus (lih. 9:2). Sekarang bukan sekedar masalah menyelesaikan proyek itu, melainkan melakukannya dengan penuh semangat.

Perintah Paulus, sekarang selesaikan jugalah pelaksanaannya itu (satu-satunya kalimat perintah dalam ps. 8 dan 9), secara langsung berkaitan dengan ayat 10a; ini adalah isi nasihatnya , dan dengan demikian tidak mengkontradiksikan ayat 8. Para pembaca memiliki kerelaan atau kerinduan untuk menyelesaikan tugas itu. Hal itu harus sepadan dengan pelaksanaannya; pengumpulan persembahan yang setengah selesai akan mempermalukan Paulus di hadapan orang-orang Makedonia. Padahal kepada mereka ia telah membangga-banggakan orang-orang Korintus (9:4). Ia hanya mengharapkan bahwa orang-orang memberi berdasarkan apa yang ada (lih. ay.  3 dan 9:12). Setiap pemberian akan diterima, bukan karena ukurannya, melainkan karena semangat di dalam memberikannya. Pengorbanan besar datang dari hati yang besar; kekikiran pertama-tama adalah masalah semangat (lih. Cerita tentang janda dan uangnya dua peser dalam Luk 21:1-4). Memberi secara Kristen bukanlah masalah paksaan, “karena Allah mengasihi orang memberi dengan sukacita” (9:7). Kemurahan tidak berarti memberikan berdasarkan apa yang tidak ada, atau membuat janji-janji yang tidak dapat dipenuhi.

Jalan yang terbaik ke dalam dompet seseorang adalah melalui hatinya. Kemurahan mengalir bukan dari rekening bank yang penuh, melainkan dari hati yang penuh. Itulah sebabnya Paulus menggarisbawahi kebutuhan akan “kerelaan”. Namun masih ada prinsip praktis lainnya yang berlaku bagi pemberian secara Kristen’ yakni keadilan yang cukup masuk akal. Tentu sama  sekali tidak adil untuk mengharapkan para pembaca memberikan keringanan bagi orang-orang lain sementara hal itu menyebabkan kesulitan finansial atau kekurangan pada diri mereka sendiri. Di pihak lain, kiranya cukup adil untuk mempertahankan keseimbangan antara kelebihan orang Korintus dengan kekurangan di antara orang-orang di Yerusalem. Pemberian sedekah tidak masuk akal apabila para pemberinya saja masih miskin. Keseimbangan bukanlah pertukaran antara benda dengan berkat rohani (seperti dalam Rm. 15:27), melainkan prinsip berbagi yang setara yang masuk akal. Pada saat itu, para pembaca relatif cukup berada. Mereka dapat menyumbang demi terciptanya keseimbangan. Waktunya mungkin akan tiba ketika para penerima bantuan mereka memiliki kelebihan. Maka mereka akan mampu membalas kebaikan orang-orang Korintus. Ada “pembayaran kembali” yang layak dan tepat, meskipun pembalasan budi tidak boleh pertama-tama menjadi motif untuk memberi.

Paulus menemukan prinsip “keseimbangan” ini dilukiskan di dalam Kitab Suci. Ia mengutip Keluaran 16:18 dalam versi Yunani (Septuaginta), dengan sedikit saja perubahan dalam susunan kata-katanya. Orang-orang Israel yang menerima mana dari sorga di padang gurun mengumpulkan bagian yang adil. Menimbun mana tidak akan menghasilkan pasokan yang berlebih, karena mana itu tidak dapat dimakan keesokan harinya. Allah memberikan jumlah yang tepat sehingga tak seorangpun menerima kelebihan atau kekurangan. Demikian pula mereka yang memberi dari berkat materi mereka dan yang menerima tidak akan pernah mempunyai terlalu banyak atau terlalu sedikit, apabila adav pembagian yang seimbang. Tidak perlu dijelaskan bahwa hal ini tidak hubungannya dengan pembagian yang diatur oleh hukum seperti dalam komunisme!

Nasehat Paulus kepada jemaat di Korintus akan membawa kita untuk mengetahui bagaimana filsafat Paulus tentang hal memberi. Bila hal itu ini ditujukan kepada diri kita sendiri, maka akan memunculkan bagaimana kita hidup untuk menghidup diri sendiri dan orang lain dengan memulai dengan diri sendiri. Mengapa? Karena, sebelum mereka berusaha memberikan uang mereka kepada orang lain, mereka mengutamakan hal yang penting, yaitu penyerahan total kepada Allah. Dengan memakai jemaat-jemaat di Mekadonia adalah salah satu contoh bagaimana Paulus menerangkan kepada jemaat Korintus bahwa orang Makedonia “memberi diri mereka kepada Allah dan kepada orang lain (sesama manusia); Memberi, meskipun sedang mengalami kekurangan atau kesukaran, selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita  mereka meluap dan meski mereka miskin, namun mereka kaya dalam kemurahandimana; Memberi dengan tetap dan berangsur-angssur, cobaan untuk menunda hal memberi sampai pada suatu saat yang tidak tentu di kemudian hari dengan maksud memberi dengan jumlah yang lebih banyak. Paulus menesehati jemaat Korintus bahwa hendaklah dalam hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu memberi dengan apa yang kamu peroleh; Putuskanlah sendiri jumlah pemberian yang pastas, Bagaimaakan memberikan sesuatu yang terbaik bagi Asllah dab orang klain sesuai dengan apa yang kita peroleh, sebab jumlah yang kita berikan dengan suka cita adalah keputusan pribadi yang harus dilakukan dengan benar; Tepatilah janji saudara, Orang yang memberi dengan suka rela, yang tergerak oleh hatinya adalah pemberian yang bahagia, berapapun jumlah pemberiannya.

Bahan Diskusi
  1. Apakah kita sudah mulailah dengan  memberikan dirimu sendiri kepada Allah dan sesama?
  2. Apakah kita sudah memberi, meskipun sedang mengalami kekurangan atau kesukaran?
  3. Apakah kita telah memberi dengan tetap dan berangsur-angssur dalam kehidupan?
  4. Pernahkah kita putuskanlah sendiri jumlah pemberian yang pastas?
  5. Apakah kita sudah tepati janji dalam hal memberi?
  6. Apakah mengumpulkan dana dalam gereja itu patut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar