WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Selasa, 19 Oktober 2010

Oikumene dalam Pluralitas: (Roma 14:1-3)


Terimalah_orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. Yang seorang yang, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja. Siapa  yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima itu.

Dalam semangat ”Ut Omnes Unum Sint” GMKI selalu berupaya untuk eksis dalam segala tangangan yang dihadapi khususnya dalam situasi masyarakat majemuk di Indonesia. Didukung oleh semangat tinggi iman, tinggi ilmu dan besar pengabdian, GMKI harus mampu menjawab berbagai permasalahan-permasalahan, tidak saja di dunia mahasiswa, namun juga pengabdian di masyarakat dan bangsa. Di sadari bahwa akumulasi masalah yang menumpuk dalam diri yang berhadapan langsung dengan keimanan mahasiswa,  dibutuhkan sebuah pembinaan spiritual yang kokoh lewat pemahaman Alkitab secara mendalam. Hal ini menjadi tigas dan tanggung jawab bersama untuk membangunnya.

Dalam Roma 14:1-3 digambarkan bahwa Paulus memberi perhatian pada kebiasaan jemaat Roma yang suka menghakimi satu sama lain. Hal ini paralel dengan kehidupan mahasiswa yang juga dalam situasi tertentu suka menghakimi satu sama lain, bukan menunjukkan teladan yang baik. Nasehat Paulus tidak baik saling membenci atau saling menghakimi karena ia bersifat kontra produktif, ia menasehatkan terimalah orang lain apa adanya, sebab Allah juga menerima orang itu (ayat 3). Hal ini menjadi penting bagi Paulus untuk menjadi pegangan umat dalam berhadapan dengan masyarakat majemuk di kota Roma. Kemajemukan itu, tidak saja dari segi agama, tetapi juga dari segi bahasa dan suku yang dalam bahasa modern disebut masyarakat pluralis. Keragaman itu harus dipahami sebagai anugerah yang diberikan Tuhan. Keragaman itu harus diisi dengan sifat saling mengasihi, saling menerima, saling mengakui adanya perbedaan satu sama lainnya. Jangan dilihat sisi pertentangan, tapi lihatlah titik temu yang bisa membangun keharmonisan hidup satu sama lain. Jangan ada sifat saling merendahkan antara yang satu dengan yang lain. Ia harus respek secara positif dalam berbaur dengan masyarakat lainnya.

Indonesia yang berpenduduk beragam dari segi agama, suku, ras dan golongan, juga harus dilihat sebagai anugerah yang di dalamnya masyarakat bisa hidup secara harmonis. Janganlah komunitas/individu yang satu merendahkan komunitas/individu lainnya. Gerakan oikumene yang dibangun gereja adalah merupakan bagian dari kenyataan pluralitas yang patut saling menghargai antar satu golongan dengan golongan lainnya. Gerakan oikumene menjadi basis bersama dalam pluralitas di mana harus diisi kehidupan bersama agar lebih baik dan produktif. Sifat saling membenci atau saling menghakimi harus dijauhkan dari pribadi oikumenis yang tercermin dalam kehidupan GMKI sebagai sebuiah gerakan yang selalu sadar untuk melalukan perubahan yang membagun manusia seutuhnya (holistik) jasmani dan rohani. Kehidupan kerohanian mahasiswa harus lebih ditingkatkan, karena tanpa kekuatan dari Allah di dalam Roh Kudus kita tidak mampu berbuat apa-apa. Oleh karena itu jadilah mahasiswa yang baik dan beriman.

Oikumene dalam pluralitas adalah merupakan tanggung jawab bersama, bagaimana kita hidup saling menghargai satu sama lain, tidak saling menghakimi, tetapi benar-benar hidup saling mengasihi satu sama lain, tanpa membedakan satu dengan lainnya. Tidak eksklusif (klaim diri sendiri paling benar) tetapi inkusif (mengakui adanya perbedaan) sebagai cara hidup yang produktif.

Bahan Diskusi
  1. Jemaat di Roma cenderung bersikap saling menyalahkan antara satu dengan lainnya, menurut anda mengapa mereka suka saling menghakimi, dan menurut anda baikkah cara hidup seperti itu? Bagaimana sebaiknya menurut anda, berikan penjelasan!
  2. Apakah penyebab manusia suka saling mempersalahkan satu sama lain? Menurut anda, bagaimana sebaiknya sebagai mahasiswa bisa menjadi teladan dan menunjukkan cara hidup yang lebih baik.
  3. GMKI dikenal sebagai kalangan mahasiswa yang berpendidikan dan orang beriman. Benarkah argumen ini? Apa ciri-ciri hidup orang yang berpendidikan dan beriman? Berikan penjelasan dan sebaiknya ada contoh yang dikutip dari dari Alkitab. Bagimana sebaiknya kita dapat menunjukkan hidup dalam kemajemukan/masyarakat pluralis? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar