WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Selasa, 19 Oktober 2010

Demokrasi Dan Keadilan: (Penghotbah 4:1-6)


Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan. Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari. Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Orang yang bodoh melipat tangannya dan memakan dagingnya sendiri. Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin

Penindasan dan air mata masih terus terjadi dibawah matahari. Ketidak adilan sosial, fitnah, dengki, benci dan iri hati, selalu mewarnai di setiap langkah perjalanan kehidupan manusia di dalam dunia. Rakus akan kekuasaan dan memerintah dengan kekerasan, otoriter serta mempraktekkan cara-cara yang tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan menjadi simbol rusaknya keadilan dan demokrasi dalam kehidupan suatu bangsa. Agama dipolitisir menjadi alat legitimasi untuk melakukan kelaliman dan hukum hanya sebagai isapan jempol belaka untuk melakukan penindasan terhadap rakyat jelata. Orang-orang yang ditindas sama sekali tidak mendapat penghiburan, pembelaan atau mendapat pertolongan untuk menuntut hak asasinya yang telah diinjak-injak bahkan negara pun tak dapat memenuhi kewajibannya untuk melindungi.

Nada kitab pengkhotbah lebih banyak menunjukkan nada-nada pesemis atau nada sumbang dan putus asa. Tidak banyak dari isi kitab ini yang bisa menggambarkan masa depan dan janji Tuhan untuk orang-orang yang percaya akan memperoleh keselamatan karena penulis kitab ini lebih menekankan soal kekiniaan bahwa hidup adalah kesia-siaan. Tidak ada kehidupan setelah kematian, sehingga keyakinan ini membuat penulis hanya menganjurkan bahwa hidup sasat ini lebih penting namun tidak ada artinya karena semua akan berakir dan tidak akan ada lagi. Nada-nada sumbang yang menyatakan bahwa tidak ada gunanya manusia berusaha karena tidak ada satu pun hal, baik kesenangan, hubungan, yang memiliki arti kekal dalam hidup. Setiap orang yang berusaha membuat hidupnya berarti atau menuntut sesuatu yanng lebih baik adalah kesia-siaan atau upaya menjaring angin.

Ceritera pada bagian ini adalah menggambarkan kekejaman hidup yang seakan tidak ada harapan lagi bahkan si penulis mengatakan lebih baik mati dari pada hidup atau alangkah lebih baik lagi kalau tidan pernah terlahir kedunia ini untuk menjalani kehidupan yang kejam ini.

Dalam realita bangsa Indonesia saat ini, kita masih berjumpa dengan ketidak adilan sosial yang dilakukan oleh para penguasa yang dengan serakah mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tetapi tidak mempunyai rasa kemanusiaan dimana rakyat jelata terus dikorbankan. Mulai dari bencana demi bencana yang melanda negeri ini oleh karena keserakahan sampai kepada wabah penyakit yang tak kunjung teratasi. Ditambah dengan kehidupan demokrasi dalam sistim pemerintahan yang tidak memberi ruang untuk setiap warga negara menuntut haknya yang sering terabaikan. Harapan akan datangnya keadilan yang didalamnya ada ruang demokrasi juga masih menjadi keinginan yang sangat besar. Namun upaya untuk mencapai demokrasi dan keadilan adalah bagai upaya menjaring angin, dengan kata lain perjuangan dan pengorbanan untuk memperoleh semuanya bukan hanya mahal tapi juga suatu kesia-siaan.

Bahan Diskusi :
1.       Kapankah penderitaan dan ketidak adilan?
2.      Kapankah demokrasi ditegakkan?
3.      Masih adakah kedatangan Sang Mesias untuk membawa kemerdekaan  ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar