WELCOME

” Blogger ini bukan merupakan forum penghakiman ataupun penuduhan. tetapi merupakan kesempatan proses pembelajaran strategis untuk mengasah dan membangun nalar yang konstruktif/kristis, kemampuan konseosi dan taktik belajar yang efektif

Kamis, 21 Oktober 2010

UTAMAKAN TUHAN DI ATAS LOGOSENTRISME


A.       Prolog
Tujuan hidup kita jauh lebih besar daripada prestasi kita, ketenangan pikiran kita, atau bahkan kebahagian kita. Ini jauh lebih besar dari daripada kelaurga kita, karir kita atau bahkan mimpi2 terliar dan ambisi kita. Jika kita ingin tahu mengapa kita ditempatkan diplanet ini, kita harus memulainya dengan Allah, kita dilahirkan oleh tujuan-Nya dan untuk tujuan-Nya. Pencarian tujuan hidup telah membingungkan banyak orang selama ribuan tahun. Ini karena umumnya kita memulai dengan titik awal yang keliru, yaitu dari diri kita sendiri. Kita mengajukan pertanyaan2 yang berpusat pada diri kita sendiri seperti ingin menjadi apakah aku kelak?apa yang sebaiknya aku lakukan dengan hidup ku? Apakah sasaran2 hidupku? Ambisi2 ku? Impian2 ku? Untuk masa depan ku? Tetapi memusatkan perhatian pada diri kita sendiri tidak akan pernah menyingkapkan tujuan hidup kita. Aliktab berkata ”bahwa didalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia” (Ayub 12:10). Bertentangan dengan apa yang banyak dikatan oleh buku2, film2, dan seminar2 terkenal, kita tidak akan menemukan makna hidup dengan mencarinya didalam diri kita sendiri. Mungkin kita semua telah mencobanya. Bukan kita yang menciptakan diri kita, jadi kita sama sekali tidak mengatahui, untuk apa kita diciptakan!! Jika saya memberi anda suatu barang yang belum pernah anda lihat, anda tidak akan mengetahui keinginannya, dan barang tersebut juga tidak akan bisa memberitahukan anda. Hanya pencipta atau buku panduan pemiliknya yang bisa mengungkapkan kegunaan barang itu. Anda tidak bisa sampai pada tujuan hidup anda bila memulai dengan berpusat pada diri sendiri. Kita harus mengawali dengan Allah, Pencipta kita. Kita ada karena Allah menghendaki kita ada. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah – dan sebelum kita memahaminya, kehidupan tidak akan pernah bisa dipahami, hanya didalam Allahlah kita menemukan asal-usul kita, identitas kita, makna kita, tujuan kita, pentingnya kita, dan masa depan kita. Banyak orang berupaya memanfaatkan Allah untuk aktualisasi diri mereka sendiri, tetapi ini merupakan pemutarbalikan alam dan pasti gagal (mungkin alam mulai bosan dengan tindakan manusia yang kian hari kian meresahkan ?). Kita dijadikan untuk Allah, bukan sebaliknya, dan hidup berarti membiarkan Allah memakai kita bagi tujuan-Nya, bukan kita yang menggunakan Allah bagi tujuan kita sendiri. Alkitab berkata ”karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan roh adalah hidup dan damai sejahterah” (Roma 8:6). Allah bukan sekedar titik awal dalam dalam kehidupan kita, Dialah sumber kehidupan untuk menemukan tujuan hidup kita , kita harus melihat firman Allah, bukan hikmat dunia. Kita harus membangun kehidupan kita diatas kebenaran2 kekal, bukan psikologi umum, motivasi sukses, kisah-kisah yang memberi inspirasi. Tetapi didalam Kristuslah kita menemukan siapa kita dan untuk apa kita hidup. Jauh sebelum kita mendengar tentang kristus untuk pertama kali, dan membangkitkan harapan-harapan kita, Dia telah melihat kita, merancang kita bagi kehidupan yang penuh kemuliaan, bagian dari keseluruhan tujuan yang Dia kerjakan di dalam segala sesuatu dan semua orang. Alkitab berkata ”Aku katakan ”didalam Kristus”, karena didalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang didalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11). Ayat ini memberikan 3 wawasan kedalam tujuan kita:
1.     Kita menemukan identitas dan tujuan kita melalui hubungan dengan Yesus Kristus
2.   Allah memikirkan kita jauh sebelum kita pernah berpikir mengenai-Nya. Tujuan-Nya bagi kehidupan kita telah ada sebelum keberadaan kita. Dia merencanakannya sebelum kita ada, tanpa masukan/koordinasi dengan kita, kita boleh memilih karir kita, pasangan kita, hobi kita, dan banyak bagian lain dari kehidupan kita, tetapi kita tidak bisa memilih tujuan kita.
3.    Tujuan hidup kita sesuai dengan tujuan yang jauh lebih besar dan menyangkut alam semesta yang telah Allah rancang bagi kekekalan.

Bertrand Russell yang adalah seorang ateis pernah mengatakan bahwa ”sebelum anda memikirkan Allah, pertanyaan tentang tujuan hidup tidak berarti” (Rick Warren, the Purpose Driven, hal 20.)

Pertanyaan untuk dipikirkan: kendati ada segala promosi disekitar anda, saya. dan kita, bagaimana kita bisa mengingatkan diri kita sendiri bahwa kehidupan sebenarnya adalah mengenai hidup untuk Allah, bukan bagi diri sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar